Menstruasi & Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi Semua

Jakarta (29/5/23) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengajak semua pihak, terutama orang tua dan satuan pendidikan untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada anak. Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan hak anak, terutama anak perempuan. Menteri PPPA, Bintang Puspayoga mengatakan kepedulian KemenPPPA terhadap persoalan kesehatan reproduksi pada anak juga menjadi keprihatinan global, khususnya tentang menstruasi.

“Isu kesehatan anak tentunya terkait dengan isu kesehatan reproduksi, akan ada banyak masalah yang timbul apabila terabaikan. Masalah-masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi, yaitu Kehamilan yang Tidak Di inginkan (KTD), aborsi, perkawinan anak, IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan HIV/AIDS,” ujar Menteri PPPA dalam rangka persiapan event Kampanye Edukasi dan Promosi Kesehatan Reproduksi bagi Anak dan Remaja, pada Senin, 29 Mei 2023, CGV Grand Indonesia Jakarta. Kampanye ini juga sekaligus puncak acara Menstrual Hygiene Day atau Hari Kebersihan Menstruasi Tahun 2023.

Menurutnya, hak kesehatan reproduksi menjadi penting, terkait dengan pengembangan fisik, kepribadian, ketahanan diri anak untuk bisa menghindari penyakit yang bisa timbul, seperti penyakit menular seksual dan bisa mencegah bahaya infertilitas. Oleh sebab itu, orang tua, baik ayah maupun ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi sehingga mampu mendampingi perkembangan anak.

Fakta dan Data

Hingga saat ini masih banyak anak perempuan Indonesia yang kehilangan waktu belajar akibat menstruasi. Survei UNICEF Indonesia pada 2018 menunjukkan 1 dari 6 siswa perempuan tidak masuk sekolah saat menstruasi. Alasan mereka tidak datang ke sekolah saat menstruasi, antara lain karena merasa tertekan, dan malu bila orang lain mengetahui mereka sedang menstruasi. Mereka juga takut diolok-olok atau diejek karena menstruasi. Tidak adanya sarana toilet sekolah yang tidak nyaman, tidak menyediakan air bersih dan tempat sampah untuk membuang pembalut bekas menjadi alasan lain siswa perempuan enggan bersekolah saat menstruasi. Hal ini berarti anak perempuan kehilangan kesempatan mendapatkan haknya atas pendidikan.

Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan kurangnya pemahaman yang benar tentang menstruasi. Rasa tertekan, cemas, dan malu menunjukkan bahwa menstruasi masih merupakan hal yang tabu dan harus mereka sembunyikan. Olokan dan ejekan, saat siswa perempuan mengalami kondisi darah menstruasi tembus di rok seragam, menunjukkan masih adanya stigma tentang menstruasi. Anggapan mereka tentang menstruasi sebagai sesuatu yang kotor, dan perempuan yang sedang menstruasi harus dihindari. Padahal menstruasi adalah kondisi yang normal dan alamiah pada perempuan sebagai bagian dari proses reproduksi.

“Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, menjadi penting edukasi kesehatan mengenai cara perawatan organ reproduksi. Perkembangan remaja saat pubertas, dampak  pornografi, aborsi, HIV/AIDS, infeksi menular seksual, dan  pendewasaan usia  perkawinan dengan melibatkan peran pemerintah, orang tua, satuan pendidikan, dunia usaha, media, dan juga peer group,” tegas Menteri PPPA.

Peran Berbagai Pihak

Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak. Baik dari Kementerian/Lembaga maupun lembaga masyarakat yang telah terlibat dan berkolaborasi dalam kegiatan ini. Hal tersebut karena pemenuhan hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas membutuhkan partisipasi dan dukungan dari seluruh pihak.

Pelibatan pemerintah, orang tua, satuan pendidikan, dunia usaha, media, dan juga peer group sejalan dengan tema besar Hari Kebersihan Menstruasi. Menstrual Hygiene Day 2023, yaitu We Are Committed menjadi komitmen bersama. Sebagai informasi, Hari Kebersihan Menstruasi merupakan gerakan global yang terpilih setiap 28 Mei. Tanggal tersebut terpilih sebagai representasi 28 hari karena perempuan mengalami rata-rata siklus menstruasi dan 5 hari durasi menstruasi. Hal ini sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memahami berbagai masalah kesehatan anak. Khususnya terkait kesehatan reproduksi pada anak untuk mewujudkan status derajat kesehatan tertinggi.

Komitmen Bersama

Komitmen KemenPPPA terhadap persoalan kesehatan reproduksi, termasuk tentang menstruasi, bersambut dengan komitmen berbagai pihak lain yang memiliki keprihatinan yang sama. Dalam puncak acara Kampanye Edukasi dan Promosi Kesehatan Reproduksi bagi Anak dan Remaja tersebut, KemenPPPA berkolaborasi dengan UNICEF Indonesia,  GIZ, Yayasan PLAN Internasional Indonesia, Jejaring AMPL, Wahana Visi Indonesia, SNV, SIMAVI, SPEAK Indonesia, SINERGI dan Kimberly Clark Softex. Dalam acara ini juga hadir para pejabat dari berbagai kementerian, mitra pembangunan, private sector, dan sekitar 250 anak dan remaja dari berbagai organisasi, termasuk penyandang disabilitas.

Selain penyampaian keynote speech dari Menteri PPPA, Bintang Puspayoga, kampanye ini mengadakan dengan berbagai acara menarik, seperti  lomba Gebyar Kreasi Edukasi & Promosi Kesehatan Reproduksi dan MKM melalui Aplikasi Oky, flash mob, balet, dan penampilan penyanyi influencer remaja Shanna Shannon. Pada puncak acara peserta melakukan komitmen bersama untuk kesehatan reproduksi bagi anak Indonesia dan talkshow dengan narasumber dari KemenPPPA, Kementerian Kesehatan, Latifatus Sholeha (Sholeha), pelajar perempuan disabilitas dari Kota Mataram, dan Shanna Shannon, serta pencipta lagu anak dan penyanyi Ferry Curtis.

Sumber Artikel: KemenPPPA Ajak Orang Tua dan Satuan Pendidikan Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi Anak

Berita Lainnya