KIPRAH KAMI

 

Kiprah SPEAK Indonesia diawali dengan keprihatinan terhadap beberapa bidang pembangunan, salah satunya sektor AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan/sanitasi) yang sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan rakyat namun belum menjadi prioritas pembangunan pemerintah. Bersama para donor, lembaga non-pemerintah lain, dan para pemerhati AMPL, SPEAK terus mendorong pemerintah, memfasilitasi lembaga, individu dan organisasi masyarakat agar memiliki keterampilan yang lebih baik dalam berkomunikasi dan advokasi mengembangkan awareness yang lebih luas di masyarakat, ataupun mendorong komitmen yang lebih besar di sisi pemerintah untuk mengembangkan sektor-sektor vital tersebut secara lebih berkelanjutan.
Beberapa donor besar, seperti IUWASH /USAID, World Bank, Plan International, SIMAVI, Unicef, WHO, PwC pernah bekerjasama dengan SPEAK sebagai mitra strategis di Indonesia, termasuk dalam hal ini pemerintah pusat maupun daerah. SPEAK telah dilibatkan dalam banyak diskusi, proyek percontohan, serta seminar lessons learnt dengan mengumpulkan, merumuskan dan membagikan praktek terbaik yang dapat secara efektif menghasilkan perubahan perilaku masyarakat di bidang air minum dan sanitasi (penyehatan lingkungan).

 

Pada tahun 2017 SPEAK bekerja sama dengan Unicef melakukan advokasi dan strategi komunikasi pembelajaran sanitasi sekolah, launching program Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) melalui stakeholder engagement serta program peningkatan kapasitas komunikasi TP UKS/M Pusat melalui beberapa rangkaian strategi dan kegiatan penunjang. Kekuatan SPEAK salah satunya adalah advokasi dan penguatan kapasitas kepada staff kementerian, pemerintah daerah, komunitas dan perguruan tinggi.

SPEAK juga membantu memfasilitasi upaya inisiasi pembelajaran RPAM (rencana pengamanan air minum) di pusat maupun daerah, dalam upaya perumusan konsep dan desain RPAM kedepannya dengan melibatkan semua pihak terkait. Program ini atas kerjasama Kemenkes, WHO, dan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta.

Sebelumnya SPEAK bekerjasama dengan Plan International melalui CS FUND 2 bawah grant dari AusAID. Inti kegiatannya adalah penguatan kapasitas di program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan media relation yang menggunakan prinsip partisipatif di 5 kabupaten. Setelah dari kabupaten, program dilanjutkan dengan percontohan STBM Perkotaan melalui program BERSIH di salah satu wilayah DKI Jakarta.

Melalui kerjasama dengan ECO ASIA (USAID), SPEAK mengembangkan atau mengadaptasi dari 10-Step Promotion Tookits yang merupakan rangkuman pengalaman terbaik USAID di beberapa negara. Hasil adopsi lokal ini berguna untuk PDAM, UPTD dan lembaga lain dalam melakukan perluasan layanan bidang air minum dan sanitasi. Toolkits ini saat ini sudah diadopsi oleh beberapa lembaga salah satunya IUWASH dan WSP dalam beberapa program sektor air minum dan sanitasi. 14 PDAM besar di Sumatera dan Jawa. SPEAK saat itu adalah satu dari 7 NGO di Asia yang mendapatkan award implementator terbaik dari ECO Asia di tahun 2011.

SPEAK banyak terlibat dalam forum-forum CSR dan konsorsium yang peduli terhadap sektor kesehatan, lingkungan, air dan sanitasi termasuk bergerak dalam implementasi STBM. Sehingga selama waktu 3 tahun ini SPEAK banyak mengisiasi model-model pendekatan dalam rangka advokasi dan mediasi antara pihak swasta, pemerintah pusat dan daerah. Maka sejak tahun 2013 SPEAK banyak melakukan pilot program CSR kerjasama multi pihak melalui program penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, program kesehatan anak sekolah di 19 kota/Kabupaten di Indonesia, sanitasi lingkungan sekolah, gerakan konsumen anak cerdas Indonesia dengan dukungan dunia swasta dan industri.

Satu sisi dari SPEAK adalah kekuatan di bidang pengembangan dan produksi media, berpengalaman di bidang produksi media audio visual untuk keperluan advokasi, kampanye awareness dan behavior change. SPEAK menganggap bahwa komunikasi adalah kunci dari strategi behavior change yang tepat. “Semakin banyak media bersentuhan langsung kepada target group yang tepat, semakin mudah bagi masyarakat untuk menerima pesan. Karena mayoritas Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan yang mudah menerima sesuatu dari apa yang  mereka lihat dan dengar melalui media”.