Speakindonesia.org | Jakarta – Diskusi menarik soal menstruasi ternyata memikat para aktifis Saka Bakti Husada DKI Jakarta. Mereka adalah pelopor kesehatan masa kini yang peduli akan kesehatan terutama manajemen kebersihan menstruasi. Pada tanggal 24 Mei 2018 yang merupakan perayaan hari kebersihan menstruasi sedunia, SPEAK Indonesia menjadi salah satu dari lembaga yang berkolaborasi dalam gerakan bersama penyebarluasan isu kebersihan menstruasi. Terlibat juga tim Saka Bakti Husada perwakilan se DKI Jakarta yaitu SBH Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara.
Acara tersebut sangat menarik bagi Marni, Sekretaris SBH, karena membuatnya sadar pentingnya manajemen kebersihan menstruasi dan ternyata MKM itu perlu di lakukan berkelanjutan bila tidak berkelanjutan akan berimbas pada masa yang akan datang. Marni selain sebagai aktifis SBH Jakarta Barat, ia juga sebagai pengajar Paud dan Bimbel.
Mengetahui bahwa manajemen saat menstruasi itu penting bagi diri sendiri baik dalam kebersihannya pola makan dan sebagai nya, dan berani membicarakan kepada orang tua dirumah dan mampu menerapkannya secara baik dan benar. Memperkenalkan menstruasi itu bukan hal tabu untuk lelaki agar mereka tidak membully ketika temannya sedang menstruasi. Marni semakin percaya diri bila teman laki-laki bisa mengerti dan memahami saat temannya sedang menstruasi.
Tak hanya Marni yang tertarik denga isu Manajemen Kebersihan Menstruasi, Muhammad Hargi Saputra (Ketua SBH dan pengajar di SMK global 21 Jakarta) ikut peduli tentang MKM. Menstruasi bukan hanya perempuan saja yang harus mengetahuinya, laki-laki juga harus tahu. Bukan hanya dari isu yang berkembang di masyarakat tapi dari narasumber yang kompeten, berani membicarakannya agar tidak lagi menjadi tabu. Orang tua menjadi jembatan bagi anaknya agar mereka lebih siap menghadapi menstruasi, Imbuh Hargi.
Hargi akan mengajak anggota SBH lainya sebagai agen perubahan dalam menyebarluaskan isu manajemen kesehatan menstruasi, dimulai dari teman SBH sampai dengan di tengah masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan, bukan sekedar “katanya”.