Tradisi makan bersama pada sebuah kelompok masyarakat ada hampir di seluruh wilayah Indonesia. Istilah makan bersama bisa berbeda di beberapa tempat. Tradisi makan bersama dalam masyarakat Suku Sunda yaitu “Ngebotram”, lalu daerah Jawa Tengah “Ngeliwet”, sedangkan orang Lumajang menyebutnya Mayoran dan Suku Batak menyebutnya mangan marlapik bulun. Istilah tersebut akan semakin panjang jika menyebutkan nama daerah lainnya di Nusantara, dan lain sebagainya.
Namun inti nya, dalam tradisi itu ada nilai kebersamaan. Mencecap kebersamaan pula yang dilakukan jajaran staf dan manajemen SPEAK Indonesia. Dalam rangkaian gathering bertema PETUALANGAN KELUARGA CEMARA SPEAK INDONESIA, Wonosobo, Jawa Tengah, pada 15-18 Oktober 2023, semua tim SPEAK Indonesia bersama menikmati nasi kebersamaan alias nasi urap. Mengapa urap disebut nasi kebersamaan?
Nasi Urap Menyatukan Kebersamaan
Urap atau urab adalah makanan kuno asal Indonesia. Urap atau urab adalah racikan rebusan sayur dengan bumbu parutan kelapa. Beragam sayuran mulai kacang panjang, tauge, kol, bayam, dan ragam sayuran lain, bersatu dengan bumbu parutan kelapa. Ragam lauknya pun khas; telur rebus, tahu, tempe, ikan asin (gereh) jenis layur dan kerupuk “merah putih”. Itu adalah lauk “wajib” dalam nasi urap. Sedangkan lauk lainnya bisa seperti ayam, daging, rempeyek dan sebagainya. Sebagai makanan asli Indonesia, urap atau urab tersebar di berbagai wilayah Nusantara. Kendati demikian, riwayat urap atau urab berasal dari Jawa.
Inilah kearifan lokal (locally-shaped) nusantara. Nasi urap yang dihidangkan kepada belasan tim SPEAK Indonesia itulah, kebersamaan sebagai satu tim. Mengalir ke setiap nadi, untuk memunculkan semangat, bahwa SPEAK Indonesia harus solid dan bersatu bagai nasi urap.
Siang itu, Selasa, 16 Oktober 2023, bertempat di base camp KEMBANG, tempat awal dan akhir para pendaki Gunung Kembang Wonosobo, berkumpul, melakukan acara makan nasi urap bersama. Kemudian, seluruh anggota tim SPEAK Indonesia duduk bersama menikmatinya sembari melepas lelah setelah mendaki puncak Gunung Cilik. Saat itu, tak ada jarak atasan dan bawahan. Staf atau Direktur. Eksekutif atau Yayasan. Semua menyatu. Bak saturan, lauk dan parutan kelapa. Ketika semua menyatu; semua menjadi indah.
Motivasi Keanekaragaman
Selain pesan dalam nasi urap, cara makan dengan duduk bersama berhadap-hadapan juga memiliki nilai penting. Tim SPEAK Indonesia adalah sebuah keluarga yang hangat dan egaliter. Ada kebersamaan (togetherness), ada berbagi (sharing), ada saling percaya (trust), juga ada kepedulian (caring), ada egalitarisme, ada tawa ceria (fun), ada bisik dan voices. Warna dari putihnya nasi, merahnya sambal, hijau sayuran, kuningnya mie, coklatnya daging, menyatu dalam suasana siang itu.
Selain dalam makan bersama itu pula, tim SPEAK Indonesia sedang memperlihatkan bahwa ada banyak warna pengetahuan, keahlian, dan latar belakang yang beragam. Hal itu menjadi kekuatan untuk membuat lembaga yang hangat, “bagai keluarga cemara”, lembaga yang peduli serta perhatian pada persoalan lokal yang berdampak langsung pada komunitasnya (beneficiaries).
Nilai-nilai makan bersama nasi urap akan dibawa di wilayah dan tempat SPEAK Indonesia beraktifitas. Nilai itu akan mewarna suasana kerja di Jogjakarta, Menteng Square Jakarta, Tegal, Srengsem, Soreang, Karawang dan semua tempat saat SPEAK Indonesia berada.
Wonosobo, Jawa Tengah, 17.10.2023, 10°C
Dokumentasi Santap Nasi Urap
Penulis DhsN
Editor YW, IA
Baca juga Artikel Gathering SPEAK Indonesia “KALI INI, KITA TAK BICARA KERJA“